- Back to Home »
- ARTIKEL , PL ALTERNATIF »
- Energi Terbarukan vs Bahan Bakar Fosil
Posted by : Unknown
Minggu, 07 Juli 2013
Bahan bakar fosil - minyak, batubara dan gas alam akan habis
perlahan-lahan karena penggunaannya yang konstan. Bahan bakar yang tidak
terbarukan, mereka tidak bisa dibuat lagi. Setelah mereka habis,
berarti habis dan tak ada lagi.
Sedangkan energi terbarukan dapat
diproduksi secara berkelanjutan, seperti energi dari angin, matahari
dan air dan bahkan dari benda-benda yang biasanya dianggap sebagai
sampah - pohon mati, cabang pohon, kertas koran, ranting pohon, serbuk
gergaji, kotoran ternak - sebagai sumber daya kolektif yang disebut
"biomassa."
Sinar matahari yang jatuh di bumi dalam satu hari
berisi lebih dari dua kali energi yang kita konsumsi dalam satu tahun
penuh. Hembusan angin bisa diperoleh di seluruh dunia untuk menghasilkan
energi listrik. Sumber-sumber energi bersih ini dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan listrik, panas, bahan bakar dan bahan kimia dengan
sedikit dampaknya terhadap lingkungan.
Sebaliknya, emisi dari
mobil yang menggunakan bahan bakar bensin dan jenis bahan bakar lainnya
yang berasal dari minyak bumi dapat mempengaruhi atmosfer. Polusi udara
adalah akibatnya, atau apa yang sering disebut sebagai gas rumah kaca.
Penelitian
berkelanjutan telah membuat energi terbarukan saat ini lebih terjangkau
daripada 25 tahun yang lalu. Biaya energi angin telah menurun dari 40
sen per kilowatt-jam menjadi kurang dari 5 sen. Biaya listrik dari
matahari, melalui photovoltaic telah turun dari lebih dari
$1/kilowatt-jam pada tahun 1980 menjadi hampir 20sen/kilowatt-jam saat
ini. Dan biaya bahan bakar dari etanol telah turun drastis dari $4 per
galon pada awal tahun 1980 menjadi $1,20 pada saat ini.
Tapi ada
juga kekurangan untuk pengembangan energi terbarukan. Sebagai contoh,
energi panas matahari yang melibatkan proses pengumpulan sinar matahari
melalui kolektor (sering berupa cermin besar) membutuhkan lahan yang
luas. Hal ini berdampak pada habitat alamiah beserta tumbuhan dan hewan
yang hidup di sana. Lingkungan sekitar juga berdampak ketika didirikan
bangunan-bangunan, jalur transmisi, dan transformer. Cairan yang paling
sering digunakan pada pembangkit listrik tenaga panas matahari sangat
beracun dan tumpahan bisa saja terjadi.
Sel surya atau PV
menggunakan teknologi yang sama seperti produksi chip silikon untuk
komputer. Proses pembuatannya menggunakan bahan kimia beracun. Bahan
kimia beracun juga digunakan dalam pembuatan baterai untuk menyimpan
listrik tenaga surya sepanjang malam dan pada saat hari berawan. Proses
produksi peralatan ini memiliki dampak lingkungan.
Jadi, meskipun
pembangkit listrik terbarukan tidak melepaskan polusi udara atau
menggunakan bahan bakar fosil, mereka masih memiliki dampak pada
lingkungan.
Pemanfaatan energi angin juga memiliki
keterbatasannya, kebanyakan dalam hal penggunaan lahan. Rata-rata
dibutuhkan 17 hektar lahan untuk menghasilkan satu megawatt listrik,
yang cukup untuk 750 sampai 1.000 rumah. Namun, pertanian dan peternakan
dapat menggunakan lahan di bawah turbin angin.
Turbin angin dapat
menyebabkan erosi di daerah gurun. Dan juga, sering merusak pemandangan
alamiah alam. Kematian burung juga terjadi akibat tabrakan dengan turbin
angin dan kabel penghubung. Masalah ini adalah subjek yang terus
menjadi bahan penelitian.
Memproduksi listrik panas bumi dari
kerak bumi cenderung dilokalisasi. Hal ini berarti fasilitas harus
dibangun di tempat yang terdapat energi panas bumi yang berlimpah. Dalam
kegiatan produksi panas bumi, uap yang berasal dari tanah bisa
menyebabkan timbulnya korosi dan kerusakan pada pipa. Pembangkit listrik
panas bumi terkadang biayanya sedikit lebih tinggi dari pembangkit
listrik berbahan bakar gas karena harus mengeluarkan biaya untuk
pengeboran.
Terdapat masalah lingkungan yang terkait dengan
bendungan untuk menghasilkan listrik tenaga air. Masyarakat tergusur,
lahan pertanian dan hutan hilang di daerah yang dibanjiri karena
dibendung. Di hilir, bendungan mengubah karakteristik kimia, fisik dan
biologis sungai dan tanah.
Tidak seperti bahan bakar fosil, yang
kotor di atmosfer, energi terbarukan memiliki sedikit dampak pada
lingkungan. Produksi energi terbarukan memang memiliki beberapa
kelemahan, terutama terkait pada penggunaan lahan yang luas yang
mempengaruhi habitat hewan dan merusak pemandangan alamiah lingkungan.
Dan juga, pengembangan energi terbarukan akan menghasilkan pekerjaan dan
mengurangi ketergantungan minyak yang diimpor dari luar negeri.