Google mulai mengakuisisi perusahaan yang menciptakan pembangkit listrik tenaga angin yang berputar terus baling balingnya di udara seperti pesawat terbang tanpa awak di ketinggian 250-600 meter. Pembangkit tersebut mampu menghasilkan 30 kWatt dan direncanakan sampai 600 kW. Model yang nampak sederhana ini perlu di coba di Indonesia untuk daerah terpencil.
Nampaknya model ini hampir mirip ide yang ada di film animasi Jepang yang membuat energi listrik dari angin dengan cara menebarkan banyak baling baling yang direntangkan seperti jemuran di udara dengan kawat dan disambungkan ke kabel listrik di tanah.
Perusahaan Google setelah sukses mendanai sebuah menara pembangkit listrik tenaga surya di Kalifornia dengan gelontoran 168 juta dolar AS, Google kini dikabarkan mulai mengincar teknologi tenaga angin.
Menurut laporan Bloomberg Businessweek dan dilansir wirawiri.net, Google telah mengakuisisi Makani Power dari area yang sama, sebuah perusahaan baru bermarkas di Kalifornia yang bergerak di bidang pengembangan teknologi bernama Airborne Wind Turbine (AWT), yaitu pembangkit listrik tenaga angin memakai robot pesawat terbang sebagai turbin angin.
Akuisisi perusahaan bernama The Makani Power itu ditangani oleh Google X, laboratorium teknologi milik Google yang bertugas meriset teknologi-teknologi futuristik macam Google driverless car dan Google Glass.
Makani sendiri sebenarnya sudah menerima hibah pada tahun 2010 dari departemen energi badan Advanced Research Projects Agency (ARPA-E) untuk membantu pengembangan prototipe Wing 7. Wing 7 adalah model yang mampu memproduksi 30 kilo Watt dari yang direncanakan, yakni 600 kW yang dirancang untuk terbang di ketinggian antara 250 hingga 600 m dan mengirimkan listrik ke tanah melalui kabel yang ditambatkan ke pesawat.
Jadi, prinsip kerja pesawat terbang tanpa awak ini seperti layangan yang berputar-putar terus.
Model model "Airborne Energy" yang lainnya
Dengan tambahan gas untuk balon naik ke udara
Balon menggunakan gas helium atau dengan gas hydrogen